spot_img

Wapres: Negeri Ini Membutuhkan Sosok Sholehin

Bismillahhirrahmanirrahim…

“Aku tahu, bahwasanya Allah melihatku, maka aku malu melakukan hal-hal yang tidak diridhoi-Nya”

SAPARIYANSYAH, BUDAYAWAN SPIRITUAL

Mencari yang Hilang, Memelihara yang Terlupakan

Bagi Salafus Sholeh (generasi terdahulu yang beriman kepada Rasulullah SAW dan memiliki sifat-sifat terpuji), kalimat diatas bukan hanya sekadar hiasan lisan maupun tulisan. Karena saya yakin dalam setiap tarikan hingga hembusan nafas para sholehin kalimat ini merupakan salah satu pondasi kehidupan yang selalu terjaga.

Lalu bagimana dengan kita yang hidup di zaman carut-marut ini? Tidak ada jalan lain selain menjadikan para guru/alim (leader muslim) sebagai rujukan dalam segala hal, sebagaimana yang sudah dipondasi para pendiri negeri ini (Serambi Makkah).

Menarik menyimak pidato Wapres RI KH Ma’ruf Amin di hadapan jutaan jamaah Haul ke-18 Tuan Syekh Sekumpul di kediaman Gubernur Kalsel H Sahbirin, Desa Keramat, Martapura Timur, Kabupaten Banjar, Kamis (16/1) malam.

“Negeri ini membutuhkan sosok sholehin seperti Tuan Syekh Sekumpul. Beliau memberikan keberkahan bukan hanya saat hidupnya, tetapi juga sesudah wafatnya. Orang-orang yang sholehin orang yang dekat dengan Allah,” .

Tentu saja kalimat dari pemimpin kita ini seharusnya menyadarkan bahwa carut-marut sekarang ini salah satunya akibat jauh (kada maasi) dari para sosok sholehin.

Baca juga  Mulailah Perjuangan dengan Niat Yang Lurus

Jika tarik kebelakang, tak usah jauh-jauh sebutlah ketika Tuan Syekh Sekumpul masih ada. Apa yang dikalamkan beliu pasti didengar dan dijalankan. Dampaknya, luar biasa. Karena hanya kesejukan saja yang ada disetiap sendi kehidupan bermasyarakat.

Disadari atau tidak, kesejukan itu ada karena ajaran sami’na wa atho’na yang telah dipondasikan para WaliAllah pendiri Serambi Makkah (Tuan Syekh Kelampaiyan) benar-benar dijalankan oleh banyak pelaku stake holder.

Berbeda dengan yang saat ini terjadi. Hiruk pikuk saling sikut, saling menjatuhkan hingga tak saling tegur sapa lebih mendominasi dalam menjalankan keberlangsungan negeri (Serambi Makkah) ini.

Ironisnya lagi, hal itu terjadi bermula dari perbedaan politik. Kelompok satu dengan kelompok lainnya saling bersikut-sikutan. Lebih mengherankan lagi, tidak ada satu kelompok pun yang bersaing (pilkada, pileg) untuk memenangi pertarungan yang tidak melibatkan tuan guru/tokoh agama dan tokoh masyarakat.

Anehkan? Kalau sudah begini saya berpendapat tentu ada yang tidak pas dalam praktiknya. Dimana tidak pasnya? Nah kalau soal ini bukan kopentensi saya untuk menilainya. Lagian maaf-maaf saja di Negeri Serambi Makkah ini begitu banyak leader muslim yang memiliki wilayah mutlak untuk menilai.***

Afwan, Wassalam

BERITA LAINNYA

spot_img
spot_img

BERITA TERBARU