Link, Martapura – Rencana Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar yang akan melakukan rekonstruksi bangunan SDN Sungkai 1 ditanggapi positif Komite SDN Sungkai 1. Namun diharapkan prosesnya sesuai spesifikasi dan peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang bangunan gedung.
“Mewakili apa yang disampaikan para orang tua murid, harapannya proses rekonstruksi dapat dilakukan dengan cepat, dan konsep bangunannya harus kokoh. Jangan seperti konsep bangunan sebelumnya yang terkesan mengabaikan keselamatan siswa dan guru,” ujar Ketua Komite SDN Sungkai 1, Gusti Hamidi, Rabu (23/4/2025).
Sebab, lanjut Gusti Hamidi, akibat bangunan dua lantai yang difungsikan sebagai ruang kelas 1, 2, dan 3 untuk lantai I, dan untuk lantai II digunakan sebagai ruang kelas 4, 5, dan kelas 6 mengalami keretakan. Sistem belajar mengajar di SDN Sungkai 1 terpaksa menerapkan metode pembelajaran sistem shift. “Metode pembelajaran sistem shift yang diberlakukan sekolah sebenarnya kurang efektif,” tuturnya.
Sedangkan Kepala SDN Sungkai 1, Ahyani berharap, dalam pengerjaannya, proses rekonstruksi bangunan dua lantai yang retak tersebut dilakukan tidak secara bertahap, melainkan langsung dibangun bertingkat, dan kokoh.
“Sesuai hasil kajian tim ahli, bangunan SDN Sungai 1 tersebut harus direkonstruksi semuanya. Karena proses pembangunannya tentu tidak bisa lagi dilakukan secara bertahap,” ucapnya senada dengan Komite SDN Sungkai 1.
Sebab, tambah Ahyani, dalam satu ruang kelas berukuran sekitar 7m X 8m tersebut dihuni sekitar 28 hingga 30 siswa. “Jika proses pembangunannya secara bertahap atau dibangunkan hanya satu lantai. Artinya sebanyak 90 murid lagi ditempatkan kemana lagi, karena itu harapan kami dapat dibangunkan langsung secara bertingkat,” ungkapnya.
Dengan anggaran sebesar Rp2,1 Miliar, papar Ahyani, jika dapat direalisasikan semuanya tentu dana tersebut terbilang cukup untuk membangun sekolah bertingkat dengan enam ruang.
“Selain bangunan, kami juga berharap ada penambahan meubel yang sebagian kondisi ada yang tidak layak. Kalau tidak ada penambahan, kami tentu tetap memanfaatkan fasilitas yang ada,” katanya.
Sedangkan terkait keberadaan sejumlah meubelair yang masih belum dipindahkan dari bangunan dua lantai yang retak tersebut, Ahyani mengaku sekolah tidak memiliki lagi ruang yang dapat difungsikan sebagai gudang penyimpanan. (zainuddin/BBAM)