Rabu, September 10, 2025
BerandaHeadlineCahaya Kebenaran Hanya Menyentuh Hati yang Lapang

Cahaya Kebenaran Hanya Menyentuh Hati yang Lapang

Bismillahirrahmanirrahim
Ada orang meskipun sudah diberi kebenaran dengan sangat jelas, dia tetap saja akan menolaknya. Kenapa?, karena hatinya belum siap! Kecuali bagi mereka yang memiliki hati yang lapang.

Safariyansyah, Budayawan Spiritual
Mencari yang Hilang Memelihara yang Terlupakan

Setelah nukilan kajian kebutaan sejati bukanlah kebutaan fisik pada Ngaji Dialog di Beranda Lestari kediaman DR Mada Teruna sang Birokrat Spiritualis, kali ini saya diperkenankan untuk menyampaikan nukilan lanjutannya. Yakni tentang cahaya kebenaran.

Perlu diketahui bahwa kebenaran Itu bagaikan cahaya matahari yang menyilaukan. Kalau kau sekian lama hidup di situasi gelap pekat tanpa cahaya, maka sinarnya akan sangat menyakiti mu, bahkan kau akan menutup mata, merasa silau dan memilih kembali ke dalam kegelapan. Karena bagi mu lebih nyaman hidup didalamnya.

Nah, orang yang hatinya tertutup tidak akan bisa menerima nasehat sejelas apa pun itu, bahkan jika kau bicara dengan kelembutan dia akan menganggap mu sedang merendahkannya. Jika kau menyampaikan kebenaran dengan tegas pun dia akan menuduh mu sombong. Jika kau berbicara dengan hati-hati dia akan menganggap mu licik.

Masalahnya bukan pada kata-kata yang kau ucapkan, melainkan pada hati yang belum siap menerima cahaya.  Hati yang gelap akan menolak cahaya, karena cahaya Itu akan mengungkapkan berbagai macam kekotoran yang selama ini tersembunyi dalam gelap.. Daripada mengubah diri, dia lebih memilih menyalahkan orang lain daripada memperbaiki hidup. Dia lebih memilih mencari pembenaran untuk terus berada di posisinya sekarang. Oleh karena itu jangan buang-buang waktu mu untuk berdebat dengan orang yang hatinya masih belum slap menerima cahaya.

BACA JUGA :  Menuju Pandangan Hidup yang Lurus dan Benar

Bisa saja kau bawa air ke seekor kuda, akan tetap kau tak bisa memaksanya untuk minum. Hal ini sama saja dengan kau bisa membawa cahaya ke seseorang, tapi bila hatinya menolak, maka dia akan tetap memilih kegelapan.

Sebagaimana tersebut dalam Kitab Suci Al Quran, disebutkan bagaimana hati yang keras diibaratkan seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Ini selaras dengan makna bahwa cahaya kebenaran tak kan meresap ke dalam hati yang tertutup.

Sebagaimana batu tak mampu menyerap air, hati yang keras tak mampu menerima cahaya dan petunjuk. Hanya hati yang lembut dan lapanglah yang bisa ditembus oleh cahaya kebenaran.

Jadi, semakin keras hati seseorang, semakin jauh ia dari kebenaran. Sementara hati yang terbuka menjadi tempat bagi cahaya untuk bersemayam.

AFWAN
WASALAM

BERITA TERKAIT
spot_img
spot_img
spot_img

BERITA POPULER