Link, Martapura – Meski pun sempat dipandang sebelah mata, kini Koperasi Mitra Barakat Cangkal dengan aktivitas perkebunan kopinya boleh berbangga. Pasalnya, permintaan pasar terhadap komoditi kopi, baik lokal, nasional maupun internasional terus menunjukkan grafik naik.
“Alhamdulillah, dari bibit kopi yang telah kami tanam beberapa tahun lalu di lahan 20 hektare sudah memperlihatkan hasil bagus. Estimasi kami, pada tahun 2026 ini setiap hektar bisa menghasilkan panen 6 ton kopi,” ungkap Ahmad Paidurrahman selaku Ketua Koperasi Mitra Barakat Cangkal kepada Linkalimantan.com, Rabu 29 Oktober 2025.
Dijelaskan Paidur, berada di Desa pengaron Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, Koperasi Mitra Barakat Cangkal menargetkan 300 ton dalam satu kali musim panen. Untuk itu dibutuhkan setidaknya 50 hektare lahan.
“Saat ini kami sudah memiliki kebun kopi seluas 20 hektare yang telah ditanami. Tahun 2026 ini kami akan kembali melakukan penanaman bibit sebanyak 100 ribu bibit. Alhamdulillah kuota bibit sebanyak 100 hektare telah kami dapat. Diantaranya 60.000 melalui Koperasi Sahabat Membangun Negeri,” katanya.
Dari kuota tersebut paparnya, 60 ribu bibit didapat melalui kerjasama dengan Koperasi Sahabat Membangun Negeri. Sedangkan sisanya dipenuhi melalui pembibit kopi di Pembibitan Sambangan, Tanah Laut sebagai suplayer utama.
Lebih jauh diungkapkan, kuota 100 bibit yang didapat Koperasi Mitra Barakat Cangkal recnananya akan ditanam di Desa Rantau Balai Kecamatan Aranio, Desa Maniapun KecamatanPengaron, Belimbing Lama Kecamatan Sungai Pinang.
Di Kabupaten Banjar paparnya lebih lanjut, pihaknya juga mendapatkan kuota 100 ribu bibit kopi untuk pengembangan di wilayah Kalimantan Tengah.
“Selain itu kami juga mendapatkan kuota bibit untuk pengembangan perkebunan kopi di beberapa wilayah Kalimantan Selatan,” ujar Paidur tanpa menyebutkan kuotanya.
Di bagian lain, Paidur menyebut untuk mengembangkan perkebunan kopi Koperasi Mitra Barakat Cangkal menjalin kemitraan dengan berbagai pihak. Selain dengan Koperasi Sahabat Negeri juga bekerja sama dengan beberapa pengusaha.
Sekadar informasi, kopi kini telah menjadi salah satu minuman yang paling populer di seluruh dunia. Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan standar hidup menjadi salah satu faktor pemicu pertumbuhan konsumsi kopi dengan sebagian besar lonjakan pertumbuhan konsumsi kopi berasal dari negara berkembang.
Sayang, hal itu tidak dibarengi dengan produksi kopi yang justru tercatat menurun, baik jenis arabika maupun robusta. Berdasarkan catatan dari ICO, untuk volume produksi kopi di tingkat global pada 2021-2022 saja mengalami penurunan sebesar -1,7% dibandingkan tahun sebelumnya. ICO pun mencatat bahwa dalam beberapa tahun terakhir terjadi kekurangan suplai kopi global dengan selisih terdalam antara produksi dan konsumsi kopi sebesar -8,6 juta karung pada 2021-2022. (safar)

