Link, Jakarta – Memasuki hari ke-12 Presentasi dan Wawancara pada Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2023, Kabupaten Balangan dan Kabupaten HSS unjuk gigi di hadapan Tim Panel Independen secara virtual.
Pertama, inovasi PuLPenDaCil (Perluasan Layanan Pendidikan di Daerah Terpencil) dari Kabupaten Balangan yang disampaikan oleh Bupati Balangan Abdul Hadi.
Perluasan layanan pendidikan bagi pemerataan pendidikan yang dilaksanakan secara adil, memadai, cukup dan bermutu kepada semua warga tanpa terkecuali menjadi latabelakang lahirnya terbosan ini.
Dikatakan, banyak kendala yang dihadapi masyarakat untuk bersekolah karena akses belajar ke sekolah terdekat. Seperti jalanan yang hanya dapat dilalui dengan jalan setapak naik turun gunung, licin dan berlumpur dengan waktu yang lama, dan sisi kiri dan kanan jalan sebagian besar jurang dan hutan lebat, serta akses komunikasi yang tidak tersedia dan sumberdaya orang tua dan masyarakat yang masih kurang mampu menyekolahkan anak-anaknya ke tempat lain.
Sebagai upaya mengatasi kendala-kendala tersebut dan untuk mempercepat pemerataan pendidikan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan telah membuat Program PuLPenDaCil. Banyak manfaat yang diperoleh dari inovasi ini seperti masyarakat dapat memperoleh akses layanan pendidikan yang lebih mudah, terjangkau dan bermutu; semakin terbukanya kesempatan bagi semua masyarakat (siswa) untuk mengembangkan potensi, minat, bakat dan kemampuan; dan lain-lain.
“Nilai tambah yang dilaksanakan dalam program ini adalah mendekatkan layanan pemerintah daerah di bidang pendidikan kepada masyarakat, kemudian memaksimalkan cakupan sasaran layanan pendidikan, dan menstimulasi masyarakat untuk aktif mengakses layanan pendidikan, serta multifungsi insfrastruktur pendidikan pada sektor yang lain misalnya di bidang kesehatan dan kependudukan,” tuturnya sebagaimana dikutip dari kemenpanrb.go.id.
Kedua, inovasi TELAH BERKEMAS (Tetap Lestari Harus Berdayakan Masyarakat) yang dipresentasikan oleh Sekretaris Daerah Hulu Sungai Selatan Muhammad Noor.
Untuk diketahui, TELAH BERKEMAS merupakan inovasi dari kelompok khusus.
Pada 2017 inovasi ini Bernama Telat Berkemas (Tetap Lestari Berdayakan Masyarakat) dan mulai di 2020 inovasi ini dikembangkan dengan perluasan target Kawasan dan jejaring inovasi, dengan mengubah nama dengan konotasi yang lebih positif yaitu : TELAH BERKEMAS (Tetap Lestari Harus Berdayakan Kelompok Masyarakat). Gagasan pembaruan inovasi ini muncul karena masih adanya areal pengawasan potensi perikanan tangkap yang belum maksimal pengendalian sumberdaya perikanan nya.
Disampaikan, sampai saat ini inovasi Telah Berkemas masih terus dilaksanakan dan dikembangkan dengan lebih berorientasi pada zero destructive fishing dan zero operational cost yakni meminimalisir penangkapan ikan yang merusak lingkungan dan meminimalisir biaya oprasional pengawasan Perikanan dengan optimalisasi pemberdayaan pokmaswas (kelompok masyarakat pengawas).