Link, Banjarbaru – Even Banjarbaru Shooping Town Festival (BSTF) yang dibumbui dengan Modern Dance hingga kini terus menuai kritikan.
Usai Ketua Majelis Ulama (MUI) Indonesia Kota Banjarbaru, KH Nursahid Ramli menyayangkan pertunjukan modern dance yang dinilai tidak sesuai ajaran Islam, kritikan serupa kembali muncul. Kali ini giliran Ketua Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Kota Banjarbaru, Dr KH Muslih Amberi.
Menurut KH Muslih Amberi, PCNU Kota Banjarbaru sangat menyayangkan adanya pertunjukan tari pada even yang digelar di Lapangan Murdjani tersebut. Pertunjukan tari dengan konsep tersebut tidak pantas ditampilkan di ruang publik.
PCNU Kota Banjarbaru, kata Muslih Amberi, tidak membatasi kreatifitas anak muda, termasuk dalam pengembangan seni tari. Namun mestinya disesuaikan.
“Sekali lagi, kami tidak membatasi kreatifitas anak muda. Tapi disesuikan dan berpakaian yang pantas di ruang publik,” ujarnya, Kamis (9/2/2023).
Ke depan, ia mengingatkan agar hal serupa tidak terulang. Pemerintah Kota (Pemko) Banjarbaru mesti lebih selektif memberikan ijin penyelanggaraan kegiatan di ruang publik. Begitu pun dengan pengawasan terhadap panitia pelaksana kegiatan. “Bisa jadi pula, panitianya tidak menyampaika petunjukan apa saja yang akan ditampilkan,” imbuhnya.
Kritikan tajam juga dilontarkan salah satu wakil rakyat. Nurkhalis Anshari, Anggota DPRD Kota Banjarbaru bukan hanya menyayangkan kejadian tersebut.
“Kejadian yang tak senonoh pada even yang berlangsung di Lapangan Murdjani pada Senin, 6 Februari 2022 itu tak sesuai dari norma agama maupun adat istiadat,” sebutnya.
Ia pun mengaku prihatin. “Memang tak sesuai dengan budaya dan kultur di tempat kita. Kita ini orang Kalimantan memiliki akhlak dan etika yang menjunjung norma-norma agama dan juga kesopanan,” ujarnya.
Sebagai perwakilan masyarakat, kata Nurkhalis, DPRD akan meminta pertanggung jawaban pelaksana acara. Begitu pula dnegan Pemko Banjarbaru yang memberikan izin pemakaian tempat acara.
“Harapan kami dikemudian hari kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Dan setiap even ataupun kegiatan yang menghimpun orang banyak tetap kondusif dengan menjunjung nilai-nilai budaya kesopanan apalagi di ruang publik,” kata Nurkhalis.(rdt)