Bismillahirrahmannirahim
Sosok Firaun Raja Mesir di era Nabi Musa AS yang dikenal dengan kesombongannya memang sudah tiada. Namun sifat sombong hingga kini masih hidup bahkan juga bisa menjelma menjadi suatu sifat yang bisa merasuk ke dalam diri siapapun, terutama para penguasa. Tak terkecuali penguasa dalam skala kecil, kepala rumah tangga atau bahkan siapa pun yang membiarkan kesombongan bersarang dalam hati.
Safariyansyah, Budayawan Spiritual
Mencari yang Hilang Memelihara yang Terlupakan
Hidup di dunia merupakan rangkaian dari sebuah rencana (planning) dan misi besar seorang hamba, yaitu meraih keridhoan Rabbnya. Dalam menjalankan misi tersebut, seseorang tentunya memiliki visi (ghayah), perencanaan (andap), strategi (takhtith), pelaksanaan (tatbiq) dan evaluasi (muhasabah).
Kesuksesan kaitannya dengan muhasabah Sedangkan kegagalan berkaitannya dengan hawa nafsu dan banyak angan angan.
Orang yang melupakan dirinya, dia pasti akan lupa dengan Allah. Orang yang melupakan dirinya pasti akan menyandang sifat yang paling di benci oleh Allah (karena sifat itu hanya milik-Nya) orang Yang melupakan dirinya pasti akan menyandang sifat congkak dan sombong.”
Terlalu banyak orang yang selalu mengoreksi orang lain, sehingga tidak punya waktu untuk mengoreksi dirinya sendiri (naudzubillah). Melihat kesalahan terkecil pada orang lain nampak jelas. Sedangkan melihat kesalahan besar yang ada pada dirima tak pernah melihatnya.
Kalau dengan diri sendiri saja tidak mau mengoreksi kesalahan diri, maka yang sebenarnya terjadi sesungguhnya kita mensenggarakan diri sendiri.
Konsep terindah dari Alquran adalah mendorong kita agar berlomba beramal sholeh, berlomba-lomba membekali diri menuju kepada Allah. Alquran juga member konsep bahwa apabila kau melakukan sesuatu sesuai dengan Ketentuan-ku (Allah) sebenamya kamu sedang memperbaiki diri mu Sendiri. Maka janganlah kau kıkır untuk memperoleh kesejahteraan bagi diri mu sendiri.
Saat ini mari benahi diri, buang sifat iri-dengki. Kalau memang ada orang lebih baik dalam suatu bidang dan kita merasa kalah, jangan membenci orang tersebut. Belajar kepadanya jauh akan membuat kita terhormat. Lebih baik cek diri sendiri apakah sudah konsisten dan sabar?
Jika diamanahi sebagai penguasa, bersikaplah sebagaimana mestinya dalam memimpin, seperti mensejahterakan rakyat, mencerdaksan mereka dan memberikan pelayanan maksimal kepada mereka.
Renungkan ayat ini (QS. Al isra 7)
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai.
Afwan, Wassalam