BBPD Banjar Serukan Imbauan Waspada dan Jangan Panik
Bencana banjir bagi masyarakat yang berhuni di pinggiran sungai sepertinya sudah menjadi bagian dari siklus waktu. Bila intensitas curah hujan tinggi, air sungai pun meluap hingga masuk ke dalam rumah warga. Bertahan sepanjang bisa bertahan dan mengungsi menjadi pilihan paling menyedihkan yang harus mereka lakukan.
Zainuddin, Martapura
Tercatat pada tahun 2021 lalu Kabupaten Banjar mengalami bencana banjir besar pada awal tahun dan akhir tahun. Pada bencana banjir di awal tahun, ribuan warga terdampak banjir tak bisa lagi bertahan hingga mengharuskan mereka mengungsi ke tempat-tempat aman banjir.
“Pada Januari tahun lalu banjir begitu lekat dalam ingatan. Begitu dalam airnya, hingga rumah warga di kampung kami rata-rata digenangi air lebih dari sepinggang,” ungkap Anang warga Pinggaran Ulu mengenang kejadian tersebut.
Ironis, karena banjir tempo itu bukan hanya berakibat pengungsian, harta benda sebagian besar rusak. Utamanya benda-benda elektronik. Lebih memilukan lagi terendamnya gabah hasil panen yang notabene modal hidup satu musim tanam sekaligus persedian bibit.
Pun demikian, bencana banjir berbulan-bulan lamanya itu membuat masyarakat menyadari pentingnya mempersiapkan secara dini bisa bencana serupa kembali terjadi. Utamanya menyiapkan tempat-tempat yang lebih tinggi agar bisa dimanfaatkan untuk mengamankan harga benda saat banjir melanda.
Benar saja, pada bencana banjir Desember tahun lalu masyarakat terdampak banjir memilih untuk bertahan dengan aman. Yakni dengan membuat tumpuan (ampar-ampar.red) lebih tinggi dari perkiraan air bah yang masuk ke dalam rumah.
Derita sebenarnya bukan hanya dirasakan masyarakat terdampak banjir, pemerintah kabupaten setempat pun dibuat pusing. Itu karena bencana yang diyakini sebagian kelompok masyarakat dampak dari deforestasi lingkungan itu, juga menghancurkan banyak infrastruktur. Utamanya kerusakan parah ruas jalan dan jembatan.
Sebelum banjir besar tahun 2021, sebenarnya Kabupaten Banjar juga mengalami banjir besar pada Juni tahun 2006. Saat itu ribuan warga pun harus melupakan hangatnya kasur di rumah dan dipaksa untuk tidur nyenyak di tempat pengungsian yang tentu saja asing.
Kini ancaman bencana banjir kembali datang. Bahkan dengan tingginya intensitas curah hujan yang mengguyur beberapa wilayah hulu, sudah menyebabkan beberapa desa di daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Banjar kembali banjir.
Salah seorang warga Desa Pasar Jati, Kecamatan Astambul yang bermukim tak jauh dari bantaran Sungai Martapura, Ernawati mengatakan, menjelang magrib (sekitar pukul 18.00 Wita) ketinggian air sudah setara bantaran sungai. Setelah pukul 20.00 Wita, pekarangan rumah saya sudah terendam banjir dengan ketinggian sekitar 10 cm,” ujarnya Relasa (12/1/2022).
Sedangkan, berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjar disebutkan tingginya intensitas curah hujan yang mengguyur wilayah Kabupaten Banjar sejak pukul 03.00 Wita dini hari, menyebabkan beberapa desa di Kecamatan Sungai Pinang terdampak banjir, yakni Desa Belimbing Lama, Belimbing Baru, Rantau Nangka, dan Desa Rantau Bakula dengan ketinggian bervariasi mulai dari 60cm hingga 100cm. Begitupun dua desa di Kecamatan Pengaron, yakni Desa Tunggul Nangka dan Desa Penyiuran.
“Tak ayal, BPBD Kabupaten Banjar langsung mengeluarkan imbauan kepada seluruh masyarakat agar selalu waspada terhadap kenaikan muka air. Khususnya bagi masyarakat yang berada di wilayah kecamatan yang kerap terdampak banjir, yakni Kecamatan Pengaron, Simpang Empat, Mataraman, Astambul, Martapura, Martapura Timur, Martapura Barat, Sungai Tabuk, hingga Kecamatan Cintapuri Darussalam,” ujar Leo Khairunnisa, Kepala Seksi (Kasi) Kedaruratan BPBD Kabupaten Banjar. Akibat.
Adapun isi Imbauan tersebut, diantaranya; lokasi titik kumpul evakuasi pengungsian di tingkat kecamatan berada di kantor kecamatan. Masyarakat dihimbau agar tetap tenang, tidak panik dan selalu waspada terhadap bencana, mengevakuasi lebih dulu dokumen penting dan berang berharga ketempat yang lebih aman.***