Selasa, Juni 24, 2025
BerandaLinkFemmeHaifaa Al-Mansour Sutradara Perempuan Pertama di Arab Saudi

Haifaa Al-Mansour Sutradara Perempuan Pertama di Arab Saudi

Selama berabad-abad, perempuan telah direduksi dari hak-haknya atas ruang publik. Tak heran, hingga hari ini pun begitu banyak profesi yang masih didominasi oleh pria. Sosok Haifaa Al-Mansour, seorang sutradara film perempuan pertama dari negeri Arab Saudi menjadi salah satu tokoh inspiratif yang mampu menggunakan suaranya untuk mewakili banyak perempuan lain di negaranya.

Dilansir dari beautynesia.id Haifaa Al-Mansour menjadi salah satu sutradara paling berani dan cukup kontroversial untuk mengangkat isu-isu perempuan di negara konservatif tersebut. Meski masih belum ada pemutaran film bioskop di Arab Saudi pada rentang waktu 1983 hingga 2018, Haifaa tetap berkarya dengan mengangkat banyak topik sensitif perempuan. Dalam karyanya, Haifaa merepresentasikan isu pernikahan anak, pembatasan kebebasan mobilitas perempuan di ruang publik, serta berbagai permasalahan lainnya.

Lewat dua karya yang paling fenomenal yakni film Wadjda dan The Perfect Candidate, Haifaa dengan apik mengangkat perspektif perempuan dari tempat kelahirannya. Kedua karya videografi besutan sutradara berusia 48 tahun ini pun berhasil menyedot atensi publik hingga melambungkan namanya di dunia perfilman.

Passion di Dunia Sineas Bermula dari Dukungan Keluarga

“Dengan bangga saya akan mengatakan bahwa saya adalah sutradara film pertama di Saudi. Ini bukan berarti bahwa industri film sudah menemukan tempatnya di sini, namun perlahan industri ini mulai berkembang,” pungkasnya saat diwawancarai di swissinfo.ch. Dirinya juga berharap kepada anak muda Saudi dan para perempuan untuk mulai percaya terhadap kemampuan mereka dan memulai jalan menuju mimpinya.

Haifaa lahir dari sebuah keluarga sederhana di kota kecil. Bersaudara dengan 11 anak lainnya, orang tua Haifaa mengizinkan anak-anaknya untuk menonton berbagai film Amerika, India, dan Mesir.

“Film dan televisi memberi kami ruang untuk pergi sejenak dan melihat lebih luas dari dunia kami yang tertutup di sini,” tambahnya. Setelah memulai karir sebagai seorang sutradara, Haifaa menyadari bahwa suara para perempuan Saudi sulit untuk didengar. Oleh karena itu, dirinya kemudian bertekad ingin mengekspresikan pengalamannya sendiri lewat film dan mewakili perspektif perempuan-perempuan lain.

Beranjak dewasa, Haifaa diperkenalkan kepada dunia sinema oleh sang Ayah, Abdul Rahman Mansour, yang berprofesi sebagai seorang sastrawan. Terinspirasi dari Ayahnya, Haifaa bertekad untuk menempuh studi literatur di sebuah universitas di Kairo. Setelah akhirnya dirinya memutuskan untuk pindah ke Australia, Haifaa meraih gelar dalam studi perfilman dari University of Sydney berkat sebuah beasiswa.

Lewat Filmnya, Haifaa Al-Mansour Ingin Mewakili Suara Perempuan

“Saya ingin tetap menghormati budaya negara ini dan berbagi pendapat saya melalui film tanpa mengejutkan orang-orang,” ungkap Haifaa. Ia percaya bahwa sebuah film akan melahirkan banyak inspirasi. Di sebuah negara yang masih cukup asing terhadap industri perfilman, Haifaa ingin menyuguhkan cerita sederhana yang dekat dengan para penontonnya.

Puncak keemasannya di dunia perfilman dimulai saat film debut film pertamanya, Wadjda, yang mengisahkan tentang perjuangan seorang anak perempuan berusia 10 tahun yang ingin mendapatkan sepeda. Plot sederhana ini menjadi spesial ketika dihadapkan pada lingkungan sosial Saudi yang membatasi keterlibatan perempuan pada aktivitas terbuka, seperti bersepeda. Haifaa juga menulis sendiri naskah dari film yang seluruh produksinya dilakukan di Arab ini.

“Sepeda merupakan simbol dari kecepatan, kebebasan, dan rasa percaya diri, namun di sisi lain, sepeda hanyalah sebuah benda yang tidak akan mengejutkan. Saya ingin mencari dialog, bukannya menyerang,” tutur Haifaa saat diwawancarai perihal film debutnya itu.

Secara konsisten Haifaa terus mengangkat soal isu-isu perempuan di berbagai filmnya yang lain. Berkat kerja kerasnya, dirinya berhasil memenangkan berbagai penghargaan pada festival-festival film. Dua filmya yakni Wadjda dan The Perfect Candidate berhasil menembus pasar berbagai festival bergengsi di Venice, Toronto, dan London. Haifaa juga meraih penghargaan sebagai figur berpengaruh atas kemajuan budaya positif di dunia Arab.

“Saya memimpikan sebuah tempat di mana orang akan saling memperlakukan satu sama lain dengan toleransi, solidaritas, dan keterbukaan. Di mana perempuan juga memiliki kedudukan yang setara di ruang publik,” tutupnya.

(sumber:beautynesia.id)

BERITA TERKAIT
spot_img
spot_img

BERITA POPULER