Jumat, Maret 29, 2024

Junjung Reputasi Mu Sebaik-baiknya Sebagai Mahluk CiptaanNya

Bismillahhirahmannirahim

“Tuhan menciptakan manusia sebagai sebaik-baik mahluk ciptaan Nya, serta menempatkan manusia sebagai mahluk yang mulia dan pantas untuk dimulaikan. Tidakkah malu jika dalam keseharian tindak tanduk kita bukannya menjaga reputasi sebagai mahluk mulia, tetapi justru bertindak memalukan”

SAPARIYANSYAH, BUDAYAWAN SPIRITUAL

Mencari yang Hilang, Memelihara yang Terlupakan

Beberapa hari yang lalu, kalimat diatas dilontarkan seorang kawan benar-benar menyentak. Betapa tidak! Karena kalimat itu begitu mengena dan menyadarkan saya betapa dalam mengarungi aktifitas sebagai seorang jurnalis terkadang tanpa disadari (terkadang sadar) dalam mendapatkan tujuan lebih berharap dengan sesama manusia.

Saya pun berujar kepada teman tadi, malu rasanya mendengar kalimat itu. Pun dia pun hanya senyum kecil mendengar kalimat saya. Seraya berujar “ Ah, kalimat ‘Saya Malu’ itu kan kalimat pasaran. Karena memang kata ‘malu” sangat mudah diucapkan, tetapi realitasnya bukannya malu untuk mengulangi kesalahan tambah menjadi-jadi,” katanya, dengan wajah sendu.

Tidak bisa dipungkiri kata “Malu” adalah salah satu kata yang paling populer di dunia dan paling mudah disebut. Sudah begitu juga mudah diucapkan, akan tetapi… Sungguh jarang orang yang berani untuk melekatkan satu kata ini pada diri kita.

Melihat realitas saat ini, krisis integritas moral (malu) memang sudah mewabah. Dahkan dalam keadaan tak ada siapapun (sendirian), generasi manusia modern sekalipun, bahkan diantara kita-kila ini rasanya tidak memiliki rasa malu.

Sudah begitu, perasaan bersalah pun juga tidak muncul dalam diri (seseorang). Karena memang jiwanya dan hati nuraninya tumpul, karena tidak pernah diasah. imannya lemah karena tidak pernah dipupuk.

Rasulullah sampai menyebutkan yang diriwayatkan dari Ibnu Umar, Beliau Bersabda:

“AL HAYA-U WAL IMANU QURINA JAMI’AN, FAIDZA RUFI’A AHADUHUMA RUFI’AL AKHORU”

Malu dan iman senantiasa bersama, apabila salah satunya di cabut, maka hilanglah yang lainnya.

Sikap rasa malu dan rasa bersalah adalah bersumber dari iman yang saling berkaitan dan selalu ada secara bersama. Jika tidak maka rusaklah kepribadian sebagai mahluk yang mempunyai reputasi ciptaan Allah yang paling sempurna.

Baca Juga  Pemuda Dalam Perspektif Membangun Negeri

Sebagai contoh, pada realitas di lingkungan kita saat ini yang menunjukkan tingkat keterpurukan/ krisis integritas moral yang luar biasa. Kehancuran ahlak yang sangat parah, kasus-kasus perampasan hak milik orang lain (korups!) yang masif dan fenomenal yang dilakukan oleh banyak orang dengan beragam Identitas. Aparat pemerintahan, pejabat-pejabat politik, kaun professional bahkan aparat penegak hukum, oknum-oknumnya banyak yang tak lepas dari sisi gelap yang sungguh mempermalukan diri sendiri.

Ya begitulah realitanya. Apalagi sekarang kita sudah memasuki tahun politik. Coblosannya masih relative lama, tetapi yang banyak dibahas adalah cara-cara yang tidak tahu malu demi meraih tujuannya. Strategi politik uang, kampanye hitam menjadi bahasan banyak orang.

Anehkan? Padahal agama sama sekali tidak mengajarkan, bahkan sangat melarang perbuatan yang merendahkan harkat martabat manusia.

Menjulungi duit” atau barang dalam kontek “money politics” hakikatnya adalah bentuk penghinaan terhadap martabat manusia. Suara rakyat itu sangatlah mulia, yang mengandung “amanat” untuk diperjuangkan bukan untuk dihina dengan bayaran yang rendah.

Disisi lain ada ungkapan “suara rakyat adalah suara Tuhan”, artinya sampai saat ini sudah seberapa jauh suara itu di Agungkan ataukah sebaliknya direndahkan? Mari kita renungkan bersama-sama…

Ingat ya “Tuhan menciptakan manusia sebagai sebaik-baik mahluk ciptaan Nya”,

Wassalam, Afwan

TERPOPULER