Bismillahhirrahmanirrahim…
“Saya memilih Islam, karena itu saya tidak akan teritimidasi dengan materi. Saya hanya berhak diintimidasi Allah dan Rasulullah”
SAPARIYANSYAH, BUDAYAWAN SPIRITUAL
Mencari yang Hilang, Memelihara yang Terlupakan
Tak terasa sepekan telah berlalu. Tulisan kali ini saya akan melanjutkan tulisan pekan lalu soal konflik yang selalu terjadi antar sesama. Sementara jagat raya yang berisikan miliaran planet tak pernah berkonflik, karena semuanya cuma Allah yang menentukan dan yang mengatur sendiri. Tidak ada konflik atau pertarungan antara Allah serta Iblis (sama sekali tidak ada).
Iblis sama sekali tak dapat masuk dalam arena itu, Iblis hanya mampu masuk ke manusia. Karena itulah diantara manusia acapkali terjadi konflik.
“Parahnya lagi, Iblis itu hanya berbisik. Yang mengeksekusi jiwa-jiwa dari manusia itu sendiri. Kalau sudah begitu, yang sukses Iblis karena misinya hanya menggoda manusia untuk jauh dari Tuhannya,”
Lewat mana Iblis masuk untuk membuat konflik?
Dari banyak pengetahuan yang berseliweran (referensi kitab, ceramah-ceramah agama) disebutkan Iblis membuat konflik bisa lewat syahwat, lewat keinginan, rayuan demi rayuan.
Kalau begini, hemat saya artinya pada setiap Jiwa manusia ada pertarungan yang dahsyat 1-1. Dimana yang satu menarik kita untuk mengajak untuk melanggar dan melakukan semua kejelekan.
Sedangkan yang satu lagi menarik kita untuk mengajak dan melakukan semua kebaikan. Pertarungan seperti ini terus terjadi, tak pernah berhenti. Inilah konflik. Semua itu bisa kita saksikan dalam kehidupan kita.
Kadang-kadang kita di tuntut oleh tanah (at-thin). kemudian kita kalah dan akhirnya kita terjerembab jatuh ke bumi. Sebaliknya, kadang-kadang kita mampu mengikuti “ruh” sehingga bisak naik jauh ke malakut dalam spiritual kita.
Termasuk dalam kancah perpolitikan negeri kita, utamanya setiap berulang di masa tahun politik. Betapa banyaknya bisikan yang bermula masuk ke telinga kita hingga meringsek jauh ke dalam jiwa. Dan terjadilah pertaruangan dalam jiwa antara hak atau bathil.
Ini realita. Dimana sebagian besar dari ummat selalu dalam pertarungan. kadang-kadang menang kasang-kadang kalah. Kalau sudah begini tidak ada jalan lain lapang dada dalam mengarunginya.
Sebagai awam, tentu kelapangan dada tak gampang diraih. Karena itulah, para pendiri Serambi Makkah ini telah mewasiatkan warisan ilmu dan ahli-ahli spiritual (orang-orang sholeh). Melalui mereka inilah kita tertuntut untuk bisa menjalani pertarungan.
Saya pun selalu diingatkan “Tidak seorang Sholeh pun yang membiarkan negerinya dikuasai orang-orang fasik”. Terbukti sudah, jangankan Negeri Serambi Makkah kita ini, se Nusantara ini orang-orang sholeh telah membuktikan jika membangun negeri itu jauh lebih penting dari aktivitas lainnya. Baik dalam membebaskan negeri dari cemkeraman penjajah maupun ancaman-ancaman lain yang menjauhkan negeri ini dari ketaatan terhadap tuhannya.
“Itu semua karena orang sholeh tidak akan terintimidasi dengan materi, mereka hanya tunduk dengan Allah dan Rasulullah, TITIK!” Mereka (para pendahulu) telah membuktikan, bagaimana dengan KITA!!!!
(BERSAMBUNG)
AFWAN
WASSALAM