spot_img

Penerapan Kajian Ke-Islaman Jauh Lebih Mahal Dibanding Sekadar Kursi Jabatan

Bismillahirrahmannirrahim
Usai sudah seluruh pesta demokrasi lima tahunan di negara ini dengan diumumkannya para pemenangnya oleh penyelenggara. Saatnya masing-masing individu untuk mengelauasi diri. Sudahkan apa yang dijalani sesuai dengan ajaran agama atau hanya semua kajian yang diperoleh masih hanya sebatas khazanah ilmu pengetahuan belaka.

Safariyansyah, Budayawan Spriritual
Mencari yang Hilang Memelihara yang Terlupakan

Kajian demi kajian yang kita lakukan bertahun-tahun tujuannya adalah untuk menambah wawasan ke Islamian. Mengenal ayat-ayat AlQur’an dengan penafsirannya, Sabda-sabda indah Rasul, ungkapan-ungkapan indah dari para ulama (Guru).

Tapi kajian demi kajian itu jangan hanya kita jadikan sebagai khazanah ilmu pengetahuan saja, melainkan kita selalu berharap pada Allah agar kajian demi kajian itu dapat membimbing kita di kehidupan menuju kepada Allah dengan bimbingan terbaik dari Allah. Sehingga kita hidup di dunia terpuji dan kelak dibangkitkan di ahirat terpuji bersama orang-orang yang dipuji oleh Allah.

Menghadiri majlis ta’lim itu indah (baik), tapi yang lebih indah adalah mengamalkan isi dari majlis ta’limi tersebut.

Sebuah ungkapan “Hendaklah la tahu zamannya. Sebap kita wajib untuk mengenal diri kita, Setiap kita harus menghisab (Evaluasi) kita. Evaluasi lah dirimu sebelum kau di evoluasi.

Baca juga  Berjuang Melawan Diri Sendiri

Gambaran teramat pentingnya evaluasi/introspeksi diri muhasabah dalam kehidupan di dunia ini. Karena hidup di dunia merupakan rangkaian dari sebuah rencana (planning) dan misi besar seorang hamba. Yaitu meraih keridoan Rabbnya. Dalam menjalankan misi tersebut. seseorang tentunya memiliki visi (ghayah), perencanaan (andap), strategi, pelaksanaan dan evaluas! (muhasabah).

Dalam ranah bernegara, kita semua telah melalui proses demokrasi yang hanya ada lima tahun sekali, yakni Pemilu. Banyak sekali pelajaran yang didapat dari masing-masing individu. Mereka yang menjadikan sarana tersebut untuk menduduki jabatan dengan pola materialism, kanibalisme maupun praktik-praktin instan juga telah mendapatkan ganjarannya.

Demikian juga yang menjadikan pesta demokrasi sebagai lapangan untuk menerapkan khazanah kelimuannya demi berharap ridhoNya juga sudah menjalankan tugasnya. Bisa jadi kursi jabatan (bonus) tidak didapat namun senyuman sejuk dari orang-orang terpuji jauh lebih mahal.

WASSALAM
AFWAN

BERITA LAINNYA

spot_img
spot_img

BERITA TERBARU