Kamis, Maret 20, 2025
BerandaHeadlinePesta Demokrasi, Ajang Pembuktian dan Pertaruhan Iman (1)

Pesta Demokrasi, Ajang Pembuktian dan Pertaruhan Iman (1)

Bismillahirrahmannirahim…

“Ujung kehidupan adalah kematian. Sadarilah setiap keluar masuk nafas itu adalah jalan menuju ke kematian”. Kalau kita yakin dengan kalimat bijak ini maka tidak ada jalan untuk menyia-nyiakan masa sebelum sampai ajal menjemput.

SAPARIYANSYAH, BUDAYAWAN SPIRITUAL

Mencari yang Hilang, Memelihara yang Terlupakan

Pesta demokrasi lima tahunan sudah ditabuh genderangnya. Semua lapisan masyarakat sibuk membicarakannya. Sejuta harapan terpampang di hadapan mata. Ini kesempatan emas yang rugi (dosa) kalau disia-siakan. Utamanya para jiwa-jiwa muda yang dahaga akan hasrat cinta negeri (hubbul wathan minal iman).

Dulu kita nyaman. Para guru/ulama (leader muslim) benar-benar berposisi sebagaimana haknya. Ya, dulu mereka benar-benar menjadi rujukan dalam setiap masalah. Termasuk dalam mengarungi pertarungan politik. Alhasil semua berjalan dengan sukses. Berbeda jauh dengan yang terjadi di zaman carut marut sekarang ini.

Namanya juga carut marut, pasti muncul hal yang sering diresahkan oleh umat nabi. Yakni menjadikan orang hidup dalam kegelisahan, pesimis.

Yaitu melihat kondisi apa yang terjadi pada umat, khususnya dan umat manusia pada umumnya. Yaitu konflik yang tidak pernah selesai, pertikaian, pertarungan dimana-mana.

Kadang kadang sampai timbul orang merasa bosan dalam kehidupannya, karena dia selalu melihat hal semacam ini terjadi.

orang yang tidak memiliki kekuatan iman bisa mengakhiri hidupnya dengan hina. Akibat tidak mampu melihat konflik/ problem yang dihadapi. Seperti tontonan yang kerap ditampilkan setiap usai pesta demokrasi (pemilu) lima tahunan.

Nah, kalau kita sadar dengan realita ini, saya mengajak pembaca untuk merenung kira kira sumbernya dari mana?

Bisa saja, karena pertarungan ini/ konflik ini bisa jadi mungkin antara haq dan bathil, atau mungkin juga antara para pengikut bathil itu sendiri.

Para pembaca Budayawan Spiritual yang budiman, suka atau tidak suka, ini semua terjadi karena kita jauh dari ajaran-ajaran yang sudah dipondasikan para pendiri negeri ini (Serambi Makkah).

Memang zaman telah berganti. Tetapi bukankah para leader muslim sejak dulu seringkali melantangkan kalimat-kalimat mulia dalam mengarungi kehidupan.

“Ukirlah hari ini lebih baik dari hari kemarin. Jika hari mu sama dengan kemarin, sesungguhnya kalian dalam keadaan rugi. Apalagi jika hari mu lebih buruk dari kemarin, maka celakalah kamu”

Afwan, Wassalam

BERITA TERKAIT
spot_img
- Advertisment -spot_img

BERITA POPULER