Kamis, Maret 20, 2025
BerandaLinkTeknoProgran BRGM Sulap Lahan Gambut Untuk Pertanian

Progran BRGM Sulap Lahan Gambut Untuk Pertanian

Link, Amuntai – Lahan gambut yang ada diberbagai daerah Kalimantan Selatan, keberadaannya mulai terancam seiring dengan perkembangan zaman.  Hal tersebut terjadi, karena pesatnya pembangunan perumahan di area lahan Gambut.

Selain faktor itu, musibah bencana alam seperti kebakaran di area dan Banjir juga kerap menimbulkan permasalahan.  Sehingga menimbulkan imbas kepada masyarakat yang tinggal di daerah gambut,  mengapa demikian karena mereka kesulitan untuk melakukan aktivitas pertanian secara konvensional.

Akibat permasalahan itu, Pemerintah Pusat bekerja keras untuk mencarikan solusinya.  Segala upaya dilakukan mereka agar, daerah gambut tersebut mampu menjadi lumbung padi yang baik dan berkelanjutan.

Salah satu bantuan yang diberikan mereka yakni, dengan membuat program Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG) melalui Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).

Tenaga teknis fasilitator DMPG – BRGM yang bertugas di area itu, Muhammad Ikhsan Nugraha mengatakan, bantuan yang diberikan kepada desa yakni, dengan membuat pertanuan apung. Dimana cara kerjanya meggunakan konsep Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB).

“Dengan gagasan tentang pertanian organik apung ini adalah sebagai langkah adaptasi yang dirasa sesuai dalam mengatasi masalah yang ada. Sekaligus mencapai tujuan pertanian yang relevan untuk restorasi gambut secaara berkelanjutan,” ungkapnya kepada Linkalimantan.com Rabu 28 Desember 2022

Sebelum adanya bantuan itu Muhammad Ikhsan Nugraha terlebih dahulu membentuk kelompok yang diberi nama Tani Perintis Berkah (KTPB).

“Alhamdulillah saat ini pertanian apung milik PLTB, sudah ada seluas 2 x 11 meter dengan material pengapung media tanam dari bambu serta ditambah 230 tanaman menggunakan polybag yang dikelola bersama para anggota kelompok berupaya memperbanyak jumlah kebun apung yang dimiliki,” akunya.

Ikhsan Nugraha menyebutkan tidak mudah untuk mewujudukan gagasan terkait pertanian apung itu, karena dalam perjalannya kelompok sering dihadapkan dengan berbagai kendala.

Diantaranya ialah mereka belum mendapatkan contoh nyata untuk pertanian apung di lingkungan sekitar dan sebagai kelompok yang baru terbentuk KTPB tentu tidak lepas dari proses belajar dan tumbuh melalui berbagai dinamika yang harus dilewati.

“Kedua tantangan besar tersebut dengan seringkali memunculkan banyak keraguan dan ketidaktahuan yang berdampak pada semangat para petani. Namun tidak adanya kebun pertanian di desa menyebabkan seluruh masyarakat desa sangat bergantung pada suplai pangan dari luar desa yang tidak jarang terganggu kondisi cuaca sehingga akses jalan yang sulit dilewati,” jelasnya

Meski demikian beber Ikhsan Nugraha,  tidak menjadi halangan mereka untuk mengsukseskan apa yang saat ini sudah dikembengakan.

“Karena dengan tetap berusaha mewujudkan gagasan pertanian model apung dan hadirnya dukungan praktek SLPG PLTB dari BRGM, dapat membantu mereka mengatasi masalah ketersediaan kebutuhan pangan,” bebernya. (oetaya/BBAM)

BERITA TERKAIT
spot_img
- Advertisment -spot_img

BERITA POPULER