Link, Martapura – Satu rumah yang selayaknya disebut gubuk dihuni tujuh anggota keluarga. Kini mereka hidup dalam keadaan sanga-sangat-sangat sederhana.
Satu keluarga beranggota 7 orang mendiami sebuah gubuk berdinding papan campur terpal dan beratapkan daun plus terpal berada di Desa Limamar, Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar. Mereka hidup dalam keadaan serba kekurangan ditambah tidak memiliki mata pencarian tetap.
“Alhamdulillah, sampai saat ini kami masih bisa bertahan. Meski pun harus menghadapi kondisi seperti ini,” ujar Muhammad Rizky anak pertama Saiful, dari empat bersaudara .
Dalam kesehariannya, Rizky bercerita orang tuanya menghidupi keluarga dengan cara mencari keroto di hutan sekitar. Hasil cariannya kemudian dijual ke pengepul.
“Hasil itulah yang digunakan abah untuk menghidupi kami. Dapat sehari habis untuk kebutuhan hidup sehari,” ungkapnya.
Kini anak sulung ini ikut serta membantu orang tuanya untuk mencari keroto yang sangat bergantung dengan kondisi cuaca. Jika hari hujan maka pekerjaan itu tidak bisa dilakukan. Dengan begitu, keluarga yang mendiami gubuk tak layak ini pun harus bertahan seadanya.
“Jangankan mencari keroto, kalau hujan lebat kami sibuk merapi-rapikan atap rumah agak tak begitu banyak air hujan masuk dalam rumah. Maklum atap rumah kami bolong-bolong,” ujarnya tersenyum pahit.
Jika hujan terjadi pada malam hari keluarga Saiful jangan bisa tidur nyenyak. Bahkan Rizky dan kedua orangtuanya memilih untuk tidak tidur demi menjadi anggota keluarga lainnya bisa beristirahat dengan nyaman.
Apa yang dikatakan Rizky yang diamini Saiful (oraang tuanya Rizky) tidaklah berlebihan. Dari pantauan Linkalimantan.com, rumah berbahan kayu yang sebagian besar sudha lapuk dan tak tegak lagi ini dihuni 7 manusia. Di gubuk inilah mereka sekeluarga memasak, makan, istirahat dan melakukan aktivitas rumah lainnya.
Memprihatinkan memang. Dinding-dinding rumahnya bolong-bolong dan bertambal. Tambalannya pun terbilang tak biasa. Ada terpal, seng hingga kain spanduk menempel di dinding rumah.
Pintunya pun sudah tidak rata lagi antara kedua daun pintunya. Kusam dan tidak terlihat ada kabel listrik bertanda gubuk tersebut tidak dilengkapi dengan sarana penerangan listrik.
Ironis memang, tetapi begitulah yang dirasakan keluarga Saiful dalam kesehariannya. Sempat berharap rumahnya mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat.
“Sempat didata, tetapi sampai saat ini belum ada khabarnya,” ungkap Saiful pendek.
Dari informasi yang dihimpun, gubuk Saiful tersebut ternyata satu diantara lima rumah warga Desa Limamar tidak layak huni di Desa Limamar yang telah direncanakan renovasi dari pemerintah. Namun sayangnya hingga kini sayangnya tak kunjung direalisasikan.(spy/video ist)