Bismillahirrahmannirahim..
“Aku akan bertarung di Pemilu 2024 karena semata menjalankan perintah Guru ku. Terpilih bukan jadi tujuan. Namun kalau pun aku terpilih dan duduk, keyakinan ku semua itu Allah Tuhan Ku yang memilih dan mendudukkan,”
SAPARIYANSYAH, BUDAYAWAN SPIRITUAL
Mencari yang Hilang, Memelihara yang Terlupakan
Akhir pekan tadi saya didatangi seorang sahabat yang lumayan lama tak bersua. Sesambil ngopi dan merokok bersama, kawan tadi mengabarkan maksud kedatangannya. Intinya, dia ingin andil dalam membangun negeri Serambi Makkah sebagaimana yang telah dicontohkan dan dilakukan para pendahulu.
Jujur begitu dia menyampaikan kalimat sebagaimana tertulis di awal tulisan ini yang tersusun sederhana dan tegas itu, saya pun tergores dan begitu membekas. Bagi saya ini luar biasa dan harus disampaikan kepada halayak. Alhamdulillah, jemari pun dipermudah dalam menuliskannya.
Betapa nyamannya kawan saya itu. Dia begitu tenang dan yakin akan ucapannya. Padahal untuk menjalaninya di era zaman carut marut sekarang ini, tanpa kelapangan dada dalam menghadapinya, bisa-bisa berujung pada pada ketidakstabilan jiwa (stress).
Sungguh hal itu tak pernah saya dengar dari para kandidat peserta Pemilu sebelum-sebelumnya. Lantas teringatkan akan ucapan-acapan bijak para tetua yang kerap disampaikan.
Ya, semua itu bermuara pada lapang dada. Disebutkan supaya kita tetap punya lapang dada, sebagai umat yang hidup bermasyarakat, adakalanya tendengar ocehan, omongan yang kadang tidak mengenaikkan segala macam.
Urusan yang satu ini saya pun tidak bosan-bosannya mengabarkan jika fasilitas untuk mendapatkan kelapangan dada itu sudah tersaji di Negeri Serambi Makkah ini. Hanya bukan saja awam yang mungkin lupa para pemilik kataloknya pun mungkin saja sedang tertidur pulas.
Pun demikian, tidak sedikit para tetua berkabar jika para pendiri negeri Ulama/guru/sholehun telah mengajarkan kiat-kiat untuk melawan dan tidak kalah dengan kondisi yang sekarang ini. diantaranya Bertasbih, perbanyak sujud dan mengabdi kepada Allah dengan sepenuh arti pengabdian.
Karena orang hidup lembarannya terus enak. Namanya dunia ini IMTIHAN (cobaan) terkadang kita mendengarkan kata-kata yang Indah. Terkadang kita mendengarkan kata-kata yang menyakitkan. Tinggal bagaimana kila bersikap “lapangkah dada Kita? Atau sempitkah dada kita?
Kalau kemudian kita dikalahkan, bersegera (cepat-cepat) kita bertasbih, bersujud & mengabdi kepada Allah dengan sepenuh arti pengabdian.
Kalau semua itu dijalankan, rasanya semua yang dan akan dihadapi tidak akan jadi beban. Enjoy, begitu kata banyak orang kaya dalam arti sebenarnya. Sebaliknya, begitu lalai dan larut dalam keadaan (tanpa pegangan), ya konflik lah yang terjadi.
Lihat saja yang terjadi belakangan ini di jantung Kota Serambi Makkah, ada saja konflik yang muncul. Aksi-aksi massa yang tidak perlu, lakon asusila hingga perang opini begitu mudah menyulut kita semua. Minimal terseret untuk ikut membicarakannya. (bersambung)
Afwan, Wassalam