Sabtu, Juli 27, 2024
BerandaHeadlineKota Serambi Makkah Bukan Sekadar Julukan (2)

Kota Serambi Makkah Bukan Sekadar Julukan (2)

Bismillahirohmannirrohim

Ratusan tahun silam, pendiri negeri ini Tuan Syekh Kalampayan telah menamai Kota Martapura dengan nama Serambi Makkah. Dimana salah satu poin penting adalah menempatkan guru / ulama pada posisi terdepan dalam segala urusan.

Kota Serambi Makkah Bukan Sekadar Julukan (bag-2)

SAPARIYANSYAH, BUDAYAWAN SPIRITUAL

Mencari yang Hilang, Memelihara yang Terlupakan

Pada tulisan bagian-1 pada intinya sesuai pondasi yang telah dicanangkan Tuan Sekh, jika pada hakikinya poin penting dalam memaknai Kota Serambi Mekah adalah  menempatkan guru / ulama pada posisi terdepan dalam segala urusan.

Nah, berkaitan hidup yang kita diyakini dunia ini adalah sementara, maka kita yakin bahwa dunia ini tempat ujian. Dalam surat Al Mulk 2 disebutkan:

“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun”.

Namanya juga ujian, siapa sih orangnya yang tidak ingin lulus dengan baik? Karena itulah, dalam mengarungi kehidupan di dunia ini tidak bisa terlepas dari panduan hidup kita yakni Kitabulah Al’Quran.

Dengan pemahaman sederhana ini, tidak ada yang perlu diperdebatkan soal essensi Kota Serambi Makkah yang menempatkan para guru / ulama pada posisi terdepan dalam segara urusan. Dan ini sudah dilakoni masyarakat kita sejak ratusan tahun silam hingga sekarang.

Baca juga  Pesta Demokrasi, Ajang Pembuktian dan Pertaruhan Iman (1)

Mengapa demikian, tidak lain karena kita semua ingin selamat. Atau dalam istilah seorang teman kata selamat itu adalah “Damai di Dunia, Sukses di Akhirat”.

Karena ini pulalah, tidak mengherankan jika sendi-sendi kehidupan di seantero Kota Serambi Makkah utamanya dimasa Kesultanan Banjar tidak terlepas dari ajaran Agama Islam. Dalam semua hal. Baik urusan rumah tangga, bermasyarakat hingga bernegara.

Banyak catatan sejarah, baik di masa perjuangan hingga masa sekarang. Para guru dan alim ulama selalu berada di depan. Usia sama sekali bukan ukuran untuk mengibarkan semangat juang. Semangat muda terus berkobar. Yang tampak para alim ulama atau tuan guru tetap bersemangat hingga diusia senja.

Sebaliknya, para punggawa negeri (pemerintahan) tak kalah semangatnya. Sadar jika hidup di dunia ini ujian. Tidak ada jalan lain selain berbuat sesuai kebijakan dari para Alim Ulama/ guru. Hingga pada gilirannya roda pemerintahan di Kota Serambi Makkah idealnya berkonsep Ulama-Umaro.

Ya, para tetuha sudah menunaikan ujiannya. Hasilnya? Dari catatan sejarah Kesultanan Banjar kemakmuran negerilah yang ada.

Tetapi bagaimana kondisi saat ini? Lihat sendiri keadaan sekarang. Pertanyaannya adakah saat ini dalam kontek membangun negeri para pemimpin negeri menempatkan guru/ulama pada posisi terdepan?

Afwan

Wasaalam

BERITA TERKAIT

TERPOPULER